BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tujuan Pembangunan kesehatan menuju
Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dam kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2007 Angka Kematian Bayi,
34/1000 kelahiran hidup. (Depkes, 2007).
Guna mempercepat penurunan Angka
Kematian Ibu dan Kematian Bayi, Departemen Kesehatan telah melaksanakan
berbagai program yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak dan salah
satunya pencegahan tetanus neonatorum. Upaya ini dilaksanakan dengan pencegahan
infeksi pada persalinan dan perawatan tali pusat (Depkes, 2007). Perawatan tali
pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan
pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan
bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik
dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan “puput” pada hari
ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari
perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit
Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian (Depkes, 2007).
Tujuan perawatan tali pusat adalah
untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini
disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali
pusat, baik dari alat yang tidak steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau
daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi
(Depkes RI, 2005). Kasus kesakitan dan kematian neonatal yang berhubungan
dengan infeksi tali pusat masih banyak ditemukan. Pada tahun 2000, WHO (Word
Hearth Organisation) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000, yang
disebabkan oleh infeksi tali pusat, Negara Asia Tenggara diperkirkan ada
220.000 kematian bayi yang disebabkan karena perawatan tali pusat yang kurang
bersih (Astuti, 2003).
Menurut data Departemen Kesehatan,
75% kematian bayi terjadi pada masa perinatal. kematian neonatal kelompok umur
8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk
tetanus, sepsis, pneumonia, diare), proporsi kematian karena tetanus neonatorum
yaitu 9,5% (Depkes RI, 2008).
Menurut data Dinas kesehatan
Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2007 kematian Bayi di Jawa Barat sebesar
39/1000 kelahiran hidup.kasus kematian neonatal memiliki proprsi sebesar 68%
dari keamtian bayi dan 56% disebabkan karena infeksi pada masa perinatal (
Dinkes Jabar, 2008).
Menurut laporan dari dinas Kesehatan
Kabupaten Tasikmalaya kematian bayi pada tahun 2008 sebanyak 24/1000 kelahiran
hidup, 56,78% disebabkan oleh infeksi terutama pada masa neonatal dengan
penyebab terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan akut, dan sepsis. ( DKK
Kab Tasikmalaya, 2008). Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Sariwangi
Kabupaten Tasikmalaya, jumlah kasus infeksi pada masa neonatal tahun 2010
sebanyak 5 kasus, 3 diantaranya adalah infeksi pada tali pusat. Hasil wawancara
dengan 5 orang ibu nifas di sariwangi, 3 orang tidak dapat menyebutkan cara
cara merawat tali pusat dengan benar dan 2 orang tidak dapat menyebutkan tanda
tanda infeksi pada tali pusat. Fakta diatas menggambarkan adanya masalah dalam
perawatan tali pusat dan masalah dalam pengetahuan ibu nifas mengenai perawatan
tali pusat pada bayi baru lahir.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan (Morbilitas) dan angka kematian
(mortalitas) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada
masyarakat tentang perawatan tali pusat bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut
diperlukan sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang
kesehatan kepada masyarakat sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap
kesehatan.
Kemampuan hidup sehat dimulai
sejak bayi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang
menentukan kualitas otak pada masa dewasa. Supaya terciptanya bayi yang
sehat maka dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan
benar – benar sesuai dengan prosedur kesehatan.
Perawatan tali pusat adalah
melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan
pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan
steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat yang baik
dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari
ke 5 dan hari ke 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negative dari
perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit
Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian.
Tujuan Perawatan Tali pusat adalah
untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir penyakit
ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui
tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat – obatan, bubuk atau
daun – daun yang ditaburkan ketali pusat sehingga dapat mengakibatkan
infeksi.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Setelah berhasilnya penulisan
makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memberikan penanganan tentang perawatn
dan pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.
1.2.1
Tujuan Khusus
• Dapat menjelaskan pengertian tali pusat
• Dapat menyebutkan penyebab dari tali pusat
• Dapat menjabarkan patofisiologi tali pusat
• Dapat menyebutkan pencegahan infeksi tali puat
• Dapat menyebutkan penatalaksanaan tali pusat
1.3
Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka
dapat memberikan manfaat serta pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa,
khususnya Mahasiswa Akademi Kebidanan dalam memahami tentang perawatan dan
pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian
Tali pusat atau Umbilical cord
adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan,
dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari
menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran
ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
Ø Letak :
Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah
umbilicalis fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut.
Funiculus umbilicalis secara normal berinersi dibagian tengah plasenta.
Ø Bentuk :
Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah
plasenta sampai ke umbilicalis fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
Ø Ukuran :
Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40 – 50 cm dan diameternya 1 –
2 cm, hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari
rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada
kehamilan trimester pertama dan kedua relative banyak. Jika oligohidromnion dan
janin kurang gerak ( pada kelainan motorik janin ), maka umumnya tali pusat
lebih pendek. Kerugian tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan
disekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan
oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.
2.2
Struktur tali pusat
Ø Amnion :
Menutupi funiculus umbilicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi
permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit
yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ectoderm.
Ø Tiga
pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus
vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah
umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh
darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan
sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah
(kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali
pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut
ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
·
Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi
nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di
dalam spatium choriodeciduale.
·
Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa
(limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke
dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.
Ø Jeli Wharton
: Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah
pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga
berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi
pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu
untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan
tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon
ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu
di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus
umbilicalis menjadi tebal atau tipis.
2.3
Fungsi Tali pusat
Tali Pusat Mempunyai beberapa
fungsi, yaitu:
Ø Sebagai
saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga
janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya
diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
Ø Saluran
pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan
meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
2.4
Sirkulasi Tali pusat
Fetus yang sedang membesar di dalam
uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi,
yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang
dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan
menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk
memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu
fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16
kehamilan. Tali pusat secara normal berinersi di bagian sentral kedalam
permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak
seperti:
Ø Insersi tali
pusat Battledore : pada kasus ini tali pusat terhubung kepaling pinggir
plasenta seperti bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali
sambungannya rapuh.
Ø Insersi tali
pusat Velamentous : tali pusat berinsersi kedalam membran agak jauh dari
pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali
pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin,
tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif
di kala tiga persalinan.
2.5
Etiologi
·
Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna
kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit
tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini
dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah
sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam
setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical
stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3
minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas
dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali
pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi,
seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan
yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang
jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang
disebabkan oleh tali pusat.
Ø Lilitan Tali
pusat pada janin
Adanya lilitan tali pusat di leher
dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam
proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai
turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat
dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali
pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin
akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia.
Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin :
·
Usia kehamilan
Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering
disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini
mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total.
Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas.
Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami
kekurangan oksigen.
·
Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat
semakin meningkat.
·
Panjangnya tali pusat
Panjang tali pusat dapat menyebabkan bayi terlilit.
Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai
panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh
terhadap kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali
pusat tidak terhambat.Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
·
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat,
yaitu:
1.
Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu,
namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas
panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
2.
Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap
meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest
position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
3.
Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color
doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
4.
Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali
pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung
janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.
·
Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )
Tetanus Neonatorum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir
(neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL
yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi
selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat
atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat
anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan
toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan
tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985).
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman
gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat
ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat
spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan
tetanolysin.
2.6
Patofisiologi
Proses Pembentukan Tali Pusat Pada
Janin
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian
akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan
menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu
kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam
rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga,
penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga
abdomen janin yang telah membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai
kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion,
yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan
proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
2.7
Penatalaksanaan
a.
Persiapan
Alat yang Diperlukan
b.
Teknik
Memotong Tali Pusat
1) Arteri klem 2 buah
2) Gunting Steril 1 buah
3) Sarung Tangan Steril 1 pasang
4) Benang steril pengikat pusat 1 helai
5) Selimut Kering dan bersih 1 buah
6) Perlak pengalas 1 buah
c.
Memotong dan
Mengikat Tali Pusat
1) Klem dan
potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir. Lakukan terlebih dahulu
menyuntikkan oksitosin, sebelum tali pusat dipotong.
2) Tali pusat
dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat)
bayi. Dari titik jepit, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi
tali pusat ke aarah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Kemudian jepit (dengan klem kedua) tali pusat pada
bagian yang isinya sudah dikosongkan (sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan
pertama.
3) Pegang tali
pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat
sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua
klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
4) Ikat tali
pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
5) Lepaskan
klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5 %.
6) Kemudian,
letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk Inisiasi Menyusu Dini
dan melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu (minimal) dalam 1 jam pertama
setelah lahir.
Hal yang
paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
o Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan
kering.
o Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun
sebelum membersihkan tali pusat.
o Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak
dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air
hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus
selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan
pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali
pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
o Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun,
karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat,
juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat
dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan
bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.
Nasehat
untuk Merawat Tali Pusat
o Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan
/ bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini juga bagi ibu dan
keluarganya.
o Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan,
tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah / lembab.
o Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan
bayi :
§ Lipat popok
di bawah puntung tali pusat.
§ Jika puntung
tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera
keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
§ Jelaskan
pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau fasilitas kesehatan, jika
pusat berdarah, menjadi merah, bernanah dan / atau berbau.
§ Jika pangkal
tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas atau mengeluarkan nanah
dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk
bayi baru lahir.
2.8
Pencegahan
Pencegahan agar tali pusat tidak
infeksi yaitu dengan cara pemberian toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x
berturut – turut pada trimester ke – 3 dikatakan sangat bermanfaat untuk
mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang
steril dan perawatan tali pusat selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Tali pusat adalah saluran
kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan
karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan
oksigen janin.
Perawatan adalah proses perbuatan,
cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali
pusat tersebut sebenarnya juga sederhana.
Cara Merawat Tali Pusat :
1.
Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan
cairan / bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini juga bagi ibu
dan keluarganya.
2.
Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih
diperkenankan, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah /
lembab.
3.
Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum
meninggalkan bayi :
1) Lipat popok
di bawah puntung tali pusat.
2) Jika puntung
tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera
keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
3) Jelaskan pada
ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau fasilitas kesehatan, jika
pusat berdarah, menjadi merah, bernanah dan / atau berbau.
4) Jika pangkal
tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas atau mengeluarkan nanah
dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk
bayi baru lahir.
3.2 Saran
1.
Bagi para pembaca makalah ini, apabila memiliki minat
untuk menulis/meneliti tentang penelitian ini, penulis harapkan dapat meneliti
lebih dalam lagi mengenai penelitian ( dalam penulisan isi makalah)
2.
Penulis harapkan makalah ini merupakan rintisan bagi
penulisan makalah ( penelitian lain yang lebih lanjut/dalam )
3.
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis
harapkan agar pembaca mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan
menambah referensi bacaan dari yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber
koleksi Mediague.wordpress.com, dikumpulkan oleh RW.Hapsari.
Asuhan
Persalinan Normal, 2008.
Gary F Cunningham, etc. 2005. ” Obstetri Williams “. Jakarta : EGC.
S. A Goeslan. 1990. ” Ilmu Kebidanan “. Jakarta : Balai Pustaka.
Farrer Helen. 1999. ” Perawatan Maternitas “. Jakarta : EGC.
Henderson, Christine. 2005. ” Konsep Kebidanan “. Jakarta : EGC.
Salmah, etc. 2006. ” Asuhan Kebidanan Antenatal “. Jakarta : EGC.
http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehat…/17/085333.htm. Penulis : Evy
Rachmawati. ” Keajaiban dari Darah Tali Pusat “.
———. Tabloid Ibu Anak. ” Mother And Baby “. Update : Monday, 07 Feb 2005
Pukul 14:10:00 WIB.
Bari Abdul Saifuddin, Noroyono Wibowo. 2008. ” Plasenta, Tali Pusat,
Selaput Janin dan Cairan Amnion “. Kuliah Obstetri Ginekologi. Jakarta : FKUI.
Mochtar Rustam. 1998. ” Sinopsis Obsetri “. Jakarta : EGC.
Verralls Sylvia. 1997. ” Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan “.
Jakarta :EGC.
Salmah, etc. 2006. ” Asuhan Kebidanan Antenatal “. Jakarta : EGC.
http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehat…/17/085333.htm.
Penulis : Evy