PENGERTIANHIPEREMISIS GRAVIDARUM
Hiperemesis
gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada kehamilan 20 minggu, muntah
begitu hebat dimana apa yang segala dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
mengalami dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit
seperti apendisitis, pielititis dan sebagainya. Batasan mual dikatakan lebih
dari 10 kali muntah dengan penurunan keadaan umum ibu. Gejala mual muntah pada ibu hamil trimester pertama yang terjadi setiap
saat (Nugroho, 2012).
B. ETIOLOGI
Penyebab
Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, diduga karena faktor hormonal, neurologis, metabolik, psikologis, keracunan, faktor endokrin, paritas, riwayat kehamilan mola
dan kembar.
Beberapa faktor predisposisi yang
ditemukan :
1.
Sering
terjadi pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda hal
ini menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan
2.
Faktor
organik,karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap
perubahan ini.Alergi juga disebut sebagai salah satu faktor organik karena
sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak
3.
Faktor
psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya
dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti,takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Tidak
jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien. Ada beberapa hal yang diyakini ahli berkaitan erat
dengan kemunculan hiperemesis gravidarum atau dalam kata lain dapat
meningkatkan risiko seorang wanita terkena kondisi ini.
a. Pernah mengalami hiperemesis
gravidarum di kehamilan sebelumnya.
b. Memiliki keluarga dekat yang pernah
menderita hiperemesis gravidarum, misalnya ibu, kakak, atau adik.
c. Mengandung anak perempuan atau anak
kembar.
d. Menderita mola hidatidosa atau
kegagalan pembentukan janin akibat kehamilan abnormal.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan
karena peningkatan Hormone Chorionic
Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung
menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil muda
bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi (Winkjosastro, 2010).
Menurut Manuaba tahun (2012) patofisiologi hiperemesis
gravidarum diawali dengan mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal ini
menimbulkan perfusi kejaringan, menutup untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi
O2. Oleh karena itu dapat terjadi perubahan
metabolisme menuju arah anaerobik dengan menimbulkan benda keton dan asam
laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH
darah menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu semua masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan fungsi alat vital sebagai berikut:
1. Hepar
a) Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi
O2
b) Gangguan fungsi liver dan terjadi
ikterus.
c) Terjadi perdarahan pada parenkim
liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi menurun.
2. Ginjal
a) Dehidrasi penurunan diuresis
sehingga sisa metabolisme tertimbun.
b) Terjadi perdarahan dan nekrosis dan
perdarahan di otak.
c) Sistem saraf pusat terjadi nekrosis
dan perdarahan diotak diantaranya perdarahan ventrikel.
D. GEJALA
HIPEREMISIS GRAVIDARUM
Berikut ini
beberapa gejala hiperemesis gravidarum, di antaranya:
1.
Mual dan
muntah parah secara berkepanjangan.
2.
Pusing.
3.
Sakit
kepala.
4.
Jantung
berdebar.
5.
Sulit
menelan makanan atau minuman.
6.
Mengeluarkan
air liur secara berlebihan.
7.
Sangat
sensitif terhadap aroma.
Jika tidak ditangani secara baik atau diabaikan, gejala hiperemesis
gravidarum bisa memburuk dan berisiko tinggi menyebabkan komplikasi, seperti:
1. Kehilangan berat badan.
2. Dehidrasi.
3. Konstipasi.
4. Ketosis atau peningkatan kadar asam
keton yang bersifat toksik di dalam darah.
5. Hipotensi atau tekanan darah rendah.
8. Berat badan bayi rendah.
Selain berdampak pada fisik, gejala hiperemesis gravidarum juga dapat
mengarah pada masalah lainnya, seperti:
1. Menurunnya kualitas hidup penderita
akibat aktivitas sehari-hari yang terganggu, baik di dalam kehidupan keluarga,
sosial, maupun pekerjaan.
2. Masalah psikologis, seperti stres,
bingung, cemas, bahkan putus asa.
E. KLASIFIKASI
HIPEREMISIS GRAVIDARUM
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala
dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :
1. Tingkat I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b.
Epigastrium
nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus
c.
Nadi meningkat
dan tekanan darah turun
d.
Frekuensi
nadi sekitar 100 kali/menit
e.
Tampak lemah
dan lemas
2. Tingkat II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun
c. Liver
Fungsi hati
terganggu sehingga menimbulkan icterus
d. Ginjal
Dehidrasi
menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan
1)
Oliguria
2)
Anuria
3)
Terdapat
timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur
darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom
mallory weiss.
3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Keadaan kesadaran makin menurun
hingga mencapai somnollen atau koma
d. Terdapat ensefalopati werniche :
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
e. Kardiovaskuler
Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
f. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin
tinggi dengan bau yang makin tajam
g. Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria
F. PENATALAKSANAAN
HIPEREMISIS GRAVIDARUM
Prinsip pencegahan untuk mengobati
emesis agar tidak menjadi hiperemesis adalah :
1. Penerapan bahwa kehamilan dan
persalinan adalah proses fisiologi
2. Makan sedikit tapi sering dengan
(makanan kering)
3. Hindari makanan berminyak dan berbau
4. Defekasi teratur
Penatalaksanaan
hiperemisis gravidarum yaitu :
1. Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Luminal. Vitamin
yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik
seperti Avopreg, dan Avomin.
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi
cerah dan peredaran udara yang baik. Kadang-kadang dengan isolasi saja
gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang
serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit,
karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak
2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya
vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan
pula asam amino secara intra vena.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik,
bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi
gejala ireversibel pada organ vital.
6. Diet
a.
Diet
hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 - 2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin
C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b.
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual
dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai
gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam
semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c.
Diet
hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi
Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wiknjosastro, dkk, 2010. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.