A. Hidrosefalus
1. Pengertian
Hidrosefalus
Hidrosefalus
(kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang
berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini
sering dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat
gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan
itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan
jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus
adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi
sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis
(Darto Suharso,2009)
Hidrosefalus
adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi,
sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209). Pelebaran
ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit
atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala
menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et
al, 2007:328).
Hidrocephalus
adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS
(Ngastiyah,2005).
Hidrocepalus
adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang
subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006)
Hidrocephalus
adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan
penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika
produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di
dalam sistem Ventricular (nining,2008).
2. Epidemiologi
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000
kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000
kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada
perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal
perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan
dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46%
adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid
dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono,
2005:211).
3. Etiologi
Cairan
Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak
oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang
membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan perlindungan serta
nutrisi(Cristine Brooker:The Nurse’s Pocket Dictionary). CSS yang dibentuk
dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah
melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan
saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem,
yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS
90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml
dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml
(Darsono, 2005).
Aliran CSS
normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III,
dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV
dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui
sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan
resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32)
Hidrosefalus
terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah
satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan
CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu
banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya
hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan
aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1) Kelainan
Bawaan (Kongenital)
a. Stenosis
akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada hidrosefalus bayi dan anak
( 60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau
abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat
sejak lahit atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah
kelahiran.
b. Spina bifida
dan kranium bifida
Hidrosefalus
pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-Jhiari
akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian atau total.
2) Infeksi
Akibat infeksi
dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan
subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi
bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus
sylviin atau system basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca
meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa
bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran
jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah
basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada
meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.
3) Neoplasma
Hidrosefalus
oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor
tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS
melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum,
penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4) Perdarahan
Perdarahan
sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen
terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
4. Klasifikasi
Klasifikasi
hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
1) Gambaran
klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
2) Waktu
pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3) Proses
terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4) Sirkulasi CSS,
dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi
ventrikel, hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga
subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan
kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi
menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested
menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel
pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan
bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya
terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal
) hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
1)
Hydrocephalus komunikan
Apabila
obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas
CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat
obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat
pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan
darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda
dan gejala – gejala peningkatan ICP).
Jenis ini
tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya
villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
2)
Hydrocephalus non komunikan
Apabila
obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat
aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus
kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non
komunikan.
Biasanya
diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya
CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan
dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi
(space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi
sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan
jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular.
Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia
12–18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda
dan gejala–gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis
suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan
pembesaran kepala.
5. Patofisiologi
dan Patogenesis
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus
secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1) Produksi
likuor yang berlebihan
2) Peningkatan
resistensi aliran likuor
3) Peningkatan
tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan
tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan
absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung
berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi
sebagai akibat dari :
1) Kompresi
sistem serebrovaskuler.
2) Redistribusi
dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
3) Perubahan
mekanis dari otak.
4) Efek tekanan
denyut likuor serebrospinalis
5) Hilangnya
jaringan otak.
6) Pembesaran
volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor
pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus
hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan
meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan
resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua
konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan
volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial
sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap
tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena
ini tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2005:212)
6. Manifestasi
Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada
derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005).
Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial.
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu :
1) Hidrosefalus
terjadi pada masa neonatus
Meliputi
pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada
masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan
ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium
terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak
dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih
terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi
samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).
2) Hidrosefalus
terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran
kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi
intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan
penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum
gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia
dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala.
Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala
lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania
biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
a. Fontanel
anterior yang sangat tegang.
b. Sutura kranium
tampak atau teraba melebar.
c. Kulit kepala
licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
d. Fenomena
‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada
anak yang lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri
kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang
telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler
(bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213)
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior
menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang
karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior –
posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan
ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata
yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala
menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami
penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela.
Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat
menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada
ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal.
Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat
terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi
dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
1. Bayi :
1) Kepala menjadi
makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
2) Keterlambatan
penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit
tinggi dari permukaan tengkorak.
3) Tanda – tanda
peningkatan tekanan intracranial antara lain
4) Muntah
5) Gelisah
6) Menangis
dengan suara ringgi
7) Peningkatan
sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur,
perubahan pupil, lethargi – stupor.
a. Peningkatan
tonus otot ekstrimitas
b. Dahi menonjol
bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas.
c. Alis mata dan
bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas Iris
d. Bayi tidak dapat
melihat ke atas, “sunset eyes”
e. Strabismus,
nystagmus, atropi optic
f. Bayi sulit
mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
2. Anak yang
telah menutup suturanya :
Tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial :
1) Nyeri kepala
2) Muntah
3) Lethargi,
lelah, apatis, perubahan personalitas
4) Ketegangan
dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
5) Penglihatan
ganda, kontruksi penglihatan perifer
6) Strabismus
7) Perubahan
pupil
7. Pemeriksaan
diagnostik
Selain dari
gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan
psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1) Rontgen foto
kepala
Dengan prosedur ini dapat
diketahui:
a. Hidrosefalus
tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura,
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate
dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus
tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen
kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2) Transimulasi
Syarat untuk
transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam
ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang
dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus,
lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3) Lingkaran
kepala
Diagnosis
hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis
kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala
dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah
penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4) Ventrikulografi
Yaitu dengan
memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu
menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah
kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian
frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai
risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan,
prosedur ini telah ditinggalkan.
5) Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih
terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata
tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel
secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6) CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering
menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat
terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang
besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh
karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan
menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang
subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7) MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan
menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh.
8. Penatalaksanaan
Penanganan
hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti
penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga
prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1) Mengurangi
produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan
reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat
pembentukan cairan serebrospinal.
2) Memperbaiki
hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi,
yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3) Pengeluaran cairan
serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase
ventrikule-peritoneal
b. Drainase
Lombo-Peritoneal
c. Drainase
ventrikulo-Pleural
d. Drainase
ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke
dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan
cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang
berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan
serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik
namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus
diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
g. Tindakan bedah
pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap
dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan
dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan
dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga
perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut
dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat
dari luar.
h. Pengobatan
modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon
yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “:
Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “:
a) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan
normal.
b) Internal
1. CSS dialirkan
dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
a) Ventrikulo-Sisternal,
CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
b) Ventrikulo-Atrial,
CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
c) Ventrikulo-Bronkhial,
CSS dialirkan ke Bronhus.
d) Ventrikulo-Mediastinal,
CSS dialirkan ke mediastinum
e) Ventrikulo-Peritoneal,
CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
9. Komplikasi
Komplikasi sering
terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi
disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan
– bahan khusus ( jaringan /eksudat ) atau ujung distal dari thrombosis
sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan
dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan
status neurologis buruk.
Komplikasi
yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari
infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik,
Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan
ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma
yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan
ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal,
perforasi organ-organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan),
fistula hernia, dan ilius (Darsono, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC).
United States of America:Mosby.
Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United
States of America:Mosby.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk
perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Ngastyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC, Jakarta: Edisi 2
Price,Sylvia
Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep
klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.