Distosia Bahu

                                                                              BAB I
PENDAHULULUAN

A.  Latar Belakang
Distosia bahu merupakan presentasi kepala, kepala telah lahir tetapi bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara-cara biasa. Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi terdapat halangan dari tulang sacrum (Oxorn, 2013).
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu  keadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2012).
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan. Namun hasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun perlahan bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
Komplikasi yang bisa  terjadi , yaitu tingginya angka kematian ibu dan besarnnya resiko akibat distosia bahu pada saat persalinan maka fokus utama asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir (Depkes, 2004).
Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan yang dapat dilakukan adalah mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau minimal di dampingi oleh bidan dan pelayanan obstetrik sedekat mungkin pada ibu hamil, sehingga komplikasi dapat terdeteksi lebih dini dan dapat ditangani sesegera mungkin

B.  Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan Persalinan pada ibu A G4P3A0 dengan Distosia Bahu di RSU Cut Mutia Kecamatan Aceh Utara.
2.    Tujuan Khusus
a.   Mampu melakukan pengkajian Asuhan Persalinan pada Ibu A G4P3A0 dengan Distosia Bahu di RSU Cut Mutia Kecamatan Aceh Utara.
b.   Mampu mengidentifikasi Perumusan diagnosa dan atau masalah Asuhan Persalinan pada Ibu A G4P3A0 dengan Distosia Bahu di RSU Cut Mutia Kecamatan Aceh Utara.
c.   Mampu membuat perencanaan Asuhan Persalinan  pada Ibu A G4P3A0 dengan Distosia Bahu di RSU Cut Mutia Kecamatan Aceh Utara.
d.   Mampu melakukan implementasi Asuhan Persalinan pada Ibu A G4P3A0 dengan Distosia Bahu di RSU Cut Mutia Kecamatan Aceh Utara.
e.   Mampu membuat evaluasi Asuhan Persalinan pada Ibu A G4P3A0 dengan Distosia Bahu di RSU Cut Mutia Kecamatan Aceh Utara.
f.    Mampu melakukan pendokumentasian Asuhan Persalinan pada Ibu A G4P3A0 dengan Distosia Bahu di RSU Cut Mutia Kecamatan Aceh Utara.

C.  Manfaat
1.    Manfaat bagi lahan praktik
Sebagai bahan masukan atau informasi kepada petugas kesehatan di Rumah Sakit, sehingga dapat menambahkan wawasan dan pendidikan kesehatan untuk mengatasi berbagai macam kasus di Rumah Sakit.

2.    Manfaat bagi Mahasiswi
Dengan adanya tugas laporan praktik klinik kebidaan ini, selain meningkatkan proses belajar atau menyelesaikan tugas, tetapi juga menambah wawasan mahasiswi dalam pengetahuan tentang tindakan pratik.
3.    Manfaat bagi Institusi
Sebagai salah satu acuan untuk peningkatan kualitas pendidikan di Diploma III Kebidanan, khususnya tentang tindakan pemberian obat melalui insulin.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Konsep Dasar persalinan
1.    Pengertian persalinan
Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya servik dan janin turun kedalam jalan lahir, atau proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi bayi ibu maupun janin (maritalia,2012).
2.    Fisiologi persalinan
Menjelang proses persalinan otot polos uterus mulai menunjukkan aktifitas kontraksi secara terkoordinasi diselingi dengan periode relaksasi dan mencapai puncaknya menjelang persalinan serta ssecara berangsur-angsur menghilang pada periode postpartum (prawirohardjo,2012)
3.    Klasifikasi atau jenis persalinan
Ada 2 klasifikasi persalinan menurut Asrinah (2012), yaitu:
a.   Persalinan berdasarkan teknik, terdiri dari
1)      Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2)      Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan section cesaria.
3)      Persalinan anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian Pitocin aprostaglandin.
b.   Menurut umur atau tuanya kehamilan persalinan dapat dibagi menjadi:
1)      Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup, berat janin 500 gram, usia kehamilan dibawah 22 minggu.
2)      Partus immaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin atau berat janin antara 500-1000 gram dan usia kehamilan antara 22 minggu dengan 28 minggu.
3)      Persalinan prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 26-36 minggu, janin dapat hidup tetapi premature, berat janin antara 1000-2500 gram.
4)      Persalinan mature (cukup bulan) adalah persalinan pada kehamilan 37-40 minggu, janin mature, berat janin diatas 2500 gram
5)      Persalinan postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang di tafsir.
4.    Tanda mulai persalinan
Menurut prawirohardjo (2012), tanda mulai persalinan adalah:
a.    Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b.    Keluar lendir bercampur darah (blood show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
c.    Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d.    Pada pemeriksaan dalam yaitu serviks mendatar dan pembukaan telah ada
5.   Tahapan-tahapan dalam persalinan
Menurut asrinah (2013) menjelaskan tahapan dalam persalinan yaitu:
a.    Kala I (kala pembukaan)
1)  Pembukaan persalinan pada primigravida
Kala I disebut juga kala pembukaan karena pada kala ini terjadi pembukaan serviks dari 1 s/d 10 cm (pembukaan lengkap),pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam, pembukaan primigravida 1 cm per jam. Secara klinis kala I dimulai dari timbulnya his yang semakin lama teratur disertai keluarnya lendir yang bercampur darah (bloody show).
2)  Pembukaan persalinan pada multigravida
Kala pembukaan pada multigravida berlangsung selama 8 jam. Pembukaan pada multigravida berlangsung 2 cm per jam. Lender yang bercampur darah ini berasal dari kanalis servikalis karena mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
Proses pembukaan serviks dari 0 sampai dengan 10 cm dibagi kedalam 2 fase:
a)     Fase laten: pembukaan yang sangat lambat yaitu berawal dari awal kontraksi yang menyebabkan penipisan serviks hingga pembukaan 1 sampai 3 cm dan  berlangsung selama 8 jam.
b)     Fase aktif: berlangsung sekitar 8 jam, pembukaan serviks dari 4 sampai dengan 10 cm, terbagi kedalam 3 fase:
(1)    Fase akselarasi lamanya 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
(2)    Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 menjadi 9 cm.
(3)    Fase deselarasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm.
Mekanisme membukanya serviks sangat berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Pada multigravida pembukaan ostium internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.
b.    Kala II (kala pengeluaran)
Kala pengeluaran yaitu kala atau fase yang dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai dengan pengeluaran janin. Setelah serviks membuka lengkap janin akan segara keluar. His 2-3 x/menit lamanya 40-50 detik. Kala II pada primigravida berlangsung sekitar 1,5 - 2 jam  dan multigravida sekitar 1 jam.
c.    Kala III ( kala uri)
Kala uri (kala pengeluaran plasenta dan selaput ketuban). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus akan berkontraksi kembali untuk mengeluarkan plasenta. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
d.    Kala IV ( kala pengawasan )
    Kala IV dimulai dari lahirnya lasenta sampai dengan 2 jam postpartum. Kala IV disebut juga kala pengawasan karena pada kala ini ibu postpartum perlu di awasi tekanan darahnya, kandung kemih, suhu dan jumlah pendarahan yang keluar melalui vagina.

B.  Distosia Bahu
1.   Pengertian Distosia Bahu
Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Distosia bahu adalah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacralpromontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi (Prawirohardjo, 2012).
2.   Etiologi Distosia Bahu
Distosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat badan yang berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu (Hakimi, 2013).
Menurut The Royal College of Obstetricians and Gynaecologists tahun 2005 : Insiden keseluruhan adalah 2-3% dari kelahiran dengan; 48% kasus terjadi pada bayi berat badan normal, 0,3% pada bayi dengan berat 2500-4000gram, 5-7% pada bayi dengan berat 4000-4500gram.
Distosia bahu umumnya terjadi pada makrosomia, yakni suatu keadaan yang ditandai oleh ukuran badan bayi yang relative besar dari ukuran kepalanya dan bukan semata-mata berat badan bayi yang >4000 gram. Kemungkinan makrosomia perlu dipikirkan bila dalam kehamilan terdapat penyulit-penyulit obesitas, diabetes mellitus, atau kehamilan lewat waktu, atau bila dalam persalinan terdapat pemanjangan kala II. Distosia bahu juga dapat terjadi pada bayi anensefalus yang disertai kehamilan serotinus.
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul. Anak besar Badan anak relatif besar(anencephalus) Abdomen Bayi Besar (tumor abdomen) Bayi kembar. Ibu dengan riwayat distosia bahu sebelumnya atau dengan riwayat vakum karna makrosomia, ibu dengan DM
3.   Manifestasi Klinik Distosia Bahu
Gejala pada ibu :
1.   Gelisah
2.   Letih
3.   Suhu tubuh meningkat
4.   Nadi dan pernafasan cepat
5.   Edem pada vulva dan serviks
Gejala lain :
1.   Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.
2.   Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
3.   Nyeri hebat dan janin sulit di keluarkan
4.   Terjadi distensi berlebihan pada uterus

4.   Penatalaksanaan Distosia Bahu
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan dengan cara :
a.    Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko tinggi: janin luar biasa besar (>5 kg), janin sangat besar (>4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang memanjang dengan janin besar.
b.     Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.
c.    Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi.
d.    Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan resiko cedera pada janin.
e.    Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan diperlukan untuk membuat posisi McRoberts, pertolongan persalinan, resusitasi bayi, dan tindakan anestesia (bila perlu).

Diperlukan seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah minta bantuan. Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu posterior sudah masuk ke panggul. Bahu posterior yang belum melewati pintu atas panggul akan semakin sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk mengendorkan ketegangan yang menyulitkan bahu posterior masuk panggul tersebut, dapat dilakukan episiotomi yang luas, posisi McRobert, atau posisi dada-lutut. Dorongan pada fundus juga tidak diperkenankan karena semakin menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan ruptura uteri. Disamping perlunya asisten dan pemahaman yang baik tentang mekanisme persalinan, keberhasilan pertolongan dengan distosia bahu juga ditentukan oleh waktu. Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan pH arteria umbilikalis dengan laju 0,04unit/menit. Dengan demikian, pada bayi yang sebelumnya tidak mengalamai hipoksia tersedia waktu antara 4-5 menit untuk melakukan manuver melahirkan bahu sebelum terjadi cedera hipoksik pada otak.
Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut:
Langkah pertama : Manuver McRobert
Manuver McRobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi McRobert, yaitu ibu telentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkinke dada, dan rotasikan kedua kaki ke arah luar (abduksi). Lakukan episiotomi yang cukup lebar. Gabungan episiotomi dan posisi McRobert akan mempermudah bahu posterior melewati promontorium dan masuk ke dalam panggul. Mintalah asisten menekan suprasimfisis ke arah posterior menggunakan pangkal tangannya untuk menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara itu lakukan tarikan pada kepala janin ke arah posterokaudal dengan mantap (Prawirohardjo, 2012).
Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang berlebihan karena akan mencederai pleksus brakialis. Setelah bahu anterior dilahirkan, langkah selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan persentasi kepala. Manuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang (Prawirohardjo, 2012).
Langkah Kedua: Manuver Rubin
Oleh karena diameter anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit daripada diameter oblik atau transversanya, maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu diubah menjadi posisi oblik atau transversanya untuk memudahkan melahirkannya. Tidak boleh melakukan putaran pada kepala atau leher bayi untuk mengubah posisi bahu. Yang dapat dilakukan adalah memutar bahu secara langsung atau melakukan tekanan suprapubik ke arah dorsal. Pada umumnya sulit menjangkau bahu anterior, sehingga pemutaran bahu lebih mudah dilakukan pada bahu posteriornya. Masih dalam posisi McRobert, masukkan tangan pada bagian posterior vagina, tekanlah daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik atau transversa. Lebih menguntungkan bila pemutaran itu ke arah yang membuat punggung bayi menghadap ke arah anterior (Manuver Rubin anterior) oleh karena kekuatan tarikan yang diperlukan untuk melahirkannya lebih rendah dibandingkan dengan posisi bahu anteroposterior atau punggung bayi menghadap ke arah posterior. Ketika dilakukan penekanan suprapubik pada posisi punggung janin anterior akan membuat bahu lebih abduksi, sehingga diameternya mengecil. Dengan bantuan tekanan siprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior (Prawirohardjo, 2012).

Langkah ketiga: Melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, atau manuver Wood
Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi dulu posisi punggung bayi. Masukkan tangan penolong yang berseberangan dengan punggung bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) ke vagina. Temukan bahu posterior, telusuri lengan atasdan buatlah sendi siku menjadi fleksi (bisa dilakukan dengan menekan fossa kubiti). Peganglah lengan bawah dan buatlah gerakan mengusap ke arah dada bayi. Langkah ini akan membuat bahu posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi bahu anterior masuk ke bawah simfisis. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior (Prawirohardjo, 2012).
Manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi fleksibilitas sandi sakroiliaka bisa meningkatkan diameter sagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh gravitasi akan membantu bahu posterior melewati promontorium. Pada posisi telentang atau litotomi, sandi sakroiliaka menjadi terbatas mobilitasnya. Pasien menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan kedua lututnya. Pada manuver ini bahu posterior dilahirkan terlebih dahulu dengan melakukan tarikan kepala (Prawirohardjo, 2012).
Bahu melalui panggul ternyata tidak dalam gerak lurus, tetapi berputar sebagai uliran sekrup. Berdasarkan hal itu, memutar bahu akan mempermudah melahirkannya. Manuver wood dilakukan dengan menggunakan dua jari tangan dan berseberangan dengan punggung bayi yang diletakkan dibagian depan bahu posterior menjadi bahu anterior. Bahu posterior dirotasi 180 derajat. Dengan demikian, bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya berada di bawah arkus pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan berubah menjadi bahu posterior. Dalam posisi seperti itu, bahu anterior akan mudah dapat dilahirkan (Prawirohardjo, 2012).
Setelah melakukan prosedur pertolongan distosia bahu, tindakan selanjutnya adalah melakukan proses dekontaminasi dan pencegahan infeksi pasca tindakan serta perawatan pascatindakan. Perawatan pascatindakan termasuk menuliskan laporan di lembar catatan medik dan memberikan konseling pascatindakan (Prawirohardjo, 2012).


C.  Teori Manajemen Asuhan Kebidanan (Kepmenkes 2007)
Standar asuhan kebidanan adalah acuan proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan (Kepmenkes RI, 2007).

Standar I : Pengkajian
a.    Pernyataan standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b.    Kriteria pengkajian.
1.)  Data tepat, akurat dan lengkap
2.) Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa; biodata,keluhan utama, riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang social budaya).
3.) Data obyektif  (hasil pemeriksaan fisik, psikologi dan pemeriksaan penunjang).
Standar II : Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan
a.   Pernyataan standar.
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.
b.   Kriteria perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan.
1)  Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2)  Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
3)  Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Standar III : Perencanaan
a.   Pernyataan standar.
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan.



b.   Kriteria perencanaan
1)  Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi  dan asuhan secara komperehensif.
2)  Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
3)  Mempertimbangan kondisi psikologi social budaya klien/keluarga
4)  Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.
5)  Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas yang ada.
Standar IV : Implementasi
a.   Pernyataan standar.
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komperehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif kuratif dan rehabilitataif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
b.   Kriteria
1)  Memperhatikan kenaikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-kultural
2)  Setiap tindakan asuhan mendapatkan persetujuan dari klien dan atau keluarganya (inform consent).
3)  Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
4)  Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.
5)  Menjaga privacy  klien/pasien.
6)  Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7)  Mengikuti perkembangan kondisi pasien secara berkesenambungan.
8)  Mengunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9)  Melakukan tindakan sesuai standar.
10)   Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
Standar V : Evaluasi
a.   Bidan melakukan sevaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melibatkan keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi pasien.
b.   Kriteria evaluasi.
1)  Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien.
2)  Hasil evaluasi segera di catat dan dikomunikasikan kepada klien/ keluarga.
3)  Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
4)  Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan.
a.      Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat singkat dan jelas mengenai keadaan/ kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.
b.    Kriteria pencatatan asuhan kebidanan.
1)  Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formuilir yang tersedia (rekam medis/KMS/status pasien/buku KIA).
2)  Ditulis dalam bentuk catatan pengembangan SOAP
3)  S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4)  O adalah data Obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
5)  A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
6)  P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan pelaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komperehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi, follow up dan rujukan.











BAB III
TINJAUAN KASUS

A.  Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus Rumah Sakit Umum Cut Mutia
Menurut UU Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan di dasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika, profesionalitas, mamfaat, keadilan, persamaan hak atau anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien serta mempunyai fungsi sosial.
RSU Cut Meutia Aceh Utara adalah rumah sakit kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari kabupaten. Rumah sakit ini termasuk besar, jumlah dokter tersedia banyak dan pelayanan rawat inap termasuk besar, jumlah dokter tersedia banyak dan pelayan rawat inap termasuk kelas tinggi.

B.  Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu A dengan Distosia Bahu di Ruang Bersalin

I.    PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA
Tanggal pengkajian            : 06 Juli 2017               pukul   : 23:25 WIB
A.    ANAMNESA
Identitas
Nama Klien         : Ibu A                      Nama Suami   : Bpk. R
Umur                   : 34Tahun                Umur               : 34 Tahun
Agama                            : Islam                     Agama                        : Islam
Pendidikan          : SMA                      Pendidikan      : SMA
Suku                    : Aceh                      Suku                : Aceh
Pekerjaan            : IRT                        Pekerjaan        : Tani
Alamat Kantor     : -                             Alamat Kantor : -
Alamat Rumah    : Ds. Dayah sepeng            Alamat Rumah : Ds. Dayah sepeng
1.    Keluhan utama            : Ibu mengatakan nyeri dibagian simpisis menjalar ke
  pinggang.
2.    Keluhan tambahan      : ibu mengatakan ada keluar lendir bercampur
  darah dan ibu lemas.
3.    Riwayat Menstruasi    :                      
Riwayat Menarche  12 tahun, Siklus  28 hari. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)  31 Oktober  2016  lamanya 8 hari, Banyaknya 3x ganti duk, Tafsiran Tanggal Persalinan (TTP) 7 Juli 2017, Haid sebelumnya februari. Lamanya 7 hari, banyaknya  3x ganti duk, siklus 28 hari teratur, Konsistensi merah segar.
4.    Riwayat kehamilan ini : G4P3A0
a.    Trimester I
:
Ibu mengatakan  nafsu makan  berkurang  dan mual muntah
b.    Trimester II
:
Ibu mengatakan pusing, dan cemas
c.    Trimester III
:
Ibu mengatakan nyeri dibagian pinggang dan perut dan ibu sering BAK.
5.   Tanda-tanda Persalinan : His 4x sejak pukul 19.00 Wib frekuensi : 4x/10 menit lamanya 35 detik, kekuaatannya adekuat.
6.   Pengeluaran Pervaginam       : Darah lendir kurang lebih 50 cc.
7.   Riwayat Imunisasi TT                         : Tidak ada
8.   Riwayat Penggunaan Kontrasepsi : Ibu menggunakan KB suntik 3 bulan
9.   Pola Kebiasaan (sebelum dan selama persalinan)
a. Nutrisi :
Sebelum bersalin    : Ibu makan 3x/hari, porsi sedang, jenis :
                                  nasi,sayur,dan lauk. Ibu minum air putih 7-8
                                  gelas/hari.
Selama bersalin      : Ibu hanya makan sepotong roti dan minum air
  putih.
b.   Eliminasi
  Sebelum bersalin    : Ibu BAK 5-8x/hari, BAB 1x/hari
  Selama bersalin      : Ibu Belum BAB dan BAK.
c.  Istirahat
Sebelum bersalin    : Tidur siang 1 jam, malam 6-8 jam
Selama bersalin      : Ibu belum beristirahat
d.   Aktifitas
Sebelum bersalin :  Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah
                                 tangga seperti biasa, mencuci piring, baju, dan
 menyapu
Selama bersalin      : Ibu hanya berada pada posisi tidur miring kiri dan
  miring kanan.
e.   Seksualitas
Sebelum bersalin    : tidak di kaji
Selama bersalin      : tidak di kaji
f.     Kebersihan Diri
Sebelum persalinan            : Ibu mandi 2x/hari,gosok gigi 2x/hari,ganti
                                               pakaian 1x/hari
Selama persalinan              : Ibu belum mandi
10.   Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu :
No
Tgl/thn
Persalinan
Tempat
Persalinan
Usia
Kehamilan
Jenis
Persalinan
Penolong
Penyulit
Kehamilan
Dan
komplikasi
Anak
JK
BB
PB
Keadaan
1
8 maret   2003
Bidan
9 bulan
Normal
Bidan
-
L
3500
Gram
48
Cm
Baik
2
20 agustus 2006
Bidan
9 bulan
Normal
Bidan
-
L
3200
Gram
48
Cm
Baik
3
02 september 2007
Bidan
9 bulan
Normal
Bidan
-
P
3300
Gram
49
Cm
Baik
1. Riwayat Nifas yang lalu                       : Ibu mengatakan dalam keadaan
 sehat tidak  ada komplikasi apapun
12. Riwayat kesehatan :
a.   Riwayat penyakit yang pernah atau sedang di derita     : Tidak ada
b.   Riwayat kesehatan keluarga                                           : Tidak ada
13. Riwayat psikososial
a.   Apakah kehamilan ini direncanakan /diinginkan ? (ya/tidak)
b.   Jenis kelamin yang diharapkan   : Laki-laki
c.   Status perkawinan                       : Sah
Jumlah                                         : satu kali
                   Lama perkawinan                        : 15 tahun
d.   Susunan keluarga yang tinggal serumah
No
Nama
(inisial)
Umur/
Tahun
Jenis
Kelamin
Hubungan
Keluarga
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan
1
Bpk R
34 Th
L
Suami
SMA
Petani
Hidup
2
Ibu A
34 Th
P
Istri
SMA
IRT
Hidup
3
An. C
14 Th
L
Anak
SMP
Pelajar
Hidup
4
An. F
12 Th
L
Anak
SD
Pelajar
Hidup
5
An. N
10 Th
P
Anak
SD
Pelajar
Hidup
14. Riwayat Spiritual :
             Sebelum bersalin       : Ibu melakukan solat 5 waktu dan berzikir
             Selama Bersalin         : Ibu hanya berzikir

B.  Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan umum          : Baik
2.      Kesadaran                   : Composmentis
3.      Kesadaran Emosional : Stabil
4.      Tanda vital                   :
Tekanan Darah           : 120/80 mmHg           Denyut Nadi    : 92x/m
Suhu Tubuh                 : 36,5oC                       Pernafasan     : 24x/m
5.      Tinggi badan                : 157 cm                      Berat badan    : 75 kg
Kenaikan berat badan selama hamil : 15 kg
6.      Pemeriksaan Fisik (head to toe)
a.   Kepala        : Bersih tidak ada benjolan disekitar kepala, muka tidak
  ada closma, kelopak mata tidak ada oedema, Sklera
  tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat, mulut bersih, tidak
  ada caries pada gigi, telinga bersih tidak ada serumen.
b.   Leher          : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan  tidak ada
  pembesaran kelenjar getah bening
c.   Dada           : payudara simetris kiri dan kanan dan sudah ada
                                    Pengeluaran kolustrum.
d.   Abdomen    : terdapat strie dan adanya linea nigra.
1)  Leopold 1      : TFU 3 jari dibawah proxsesus xipoideus (px) (32 cm)
2)  Leopold 2      : Pada perabaan sebelah kanan ibu teraba satu bagian
                       panjang, keras panjang  seperti papan (punggung)
                       dan  bagian kiri  teraba bagian – bagian kecil dari
                       janin seperti jari – jari dan siku (ekstremitas).
3)     Leopold 3      : Pada perabaan teraba satu bagian agak bulat, keras
                       dan melenting (kepala).
4)         Leopold 4   : Pada perabaan teraba bagian terbawah janin sudah
                     masuk PAP (divergen), bagian terendah 3/5.
                   Pemeriksaan auskultasi didapatkan punctum
                   maksimum kuadran kanan bawah pusat, DJJ
                   150x/menit.
e. Punggung    : Normal dan posisi tulang belakang lordosis
f. Ekstemitas   : Tidak ada oedoma pada ekstremitas atas dan bawah
  dan tidak ada varises dan reflek patella +/+
g. Anogenital   : I ada keluar cairan lendir dari vagina.
  Pemeriksaan dalam terdapat pembukaan 4 cm. ketuban utuh.
7.      Usia kehamilan           : 40 minggu
8.      Tafsiran berat janin     : ( 32 – 11 ) x 155 = 3255 gram

C.     Pemeriksaan Penunjang
Text Box: Untuk sementara
Tidak dilakukan
       Darah
USG                                    
Urin
Rontgen

II.   PERUMUSAN DIAGNOSA/MASALAH KEBIDANAN
Diagnosa  : Ibu A G4P3A0 kehamilan 40 minggu Inpartu Kala 1 fase aktif
     janin hidup, tunggal, intra uteri, presentasi kepala.
         Masalah    : Lemas dan rasa nyeri saat persalinan


III.     RENCANA TINDAKAN/INTERVENSI
1.   Bina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
2.   Informasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
3.   Pantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
4.   Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
5.   Beri support pada ibu
6.   Anjurkan ibu berbaring dalam posisi miring ke kiri
7.   Ajarkan ibu cara relaksasi dengan menarik nafas melalui hidung dan melepaskan pelan-pelan melalui mulut.
8.   Ajarkan ibu cara mengedan yang benar
9.   Pertahankan kandung kemih tetap kosong
10.   Persiapkan alat-alat dan obat-obatan
11.   Jaga privasi ibu
12.   Dokumentasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
IV.    PELAKSANAAN TINDAKAN/IMPLEMENTASI
1.    Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga.
2.    Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan seperti: Tekanan darah 120/80mmhg, pernafasan 23x/m, nadi 92x/m, suhu tubuh 36,5 ͦ c, pembukaan 4 cm, posisi janin baik, ketuban utuh.
3.    Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf,setiap 4 jam sekali dilakukan pemeriksaan yaitu: VT, penurunan kepala,ketuban, molase dan tekanan darah, serta setiap 30 menit sekali dilakukan pemantauan DJJ, nadi, kontraksi
4.    Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi, yaitu dengan memasang infus RL dan drip oksitosin ½ ampul 20 tetes/menit dan apabila ibu tidak ada his istirahatkan ibu, dan beri makan dan minum.
5.    Memberi support pada ibu dan menghadirkan orang yang dianggap penting seperti keluarga untuk mendampingi ibu saat melahirkan
6.    Menganjurkan ibu agar berbaring dalam posisi miring ke kiri untuk mempercepat penurunan kepala bayi.
7.    Mengajarkan ibu cara relaksasi, dengan menarik nafas melalui hidung dan melepaskan pelan-pelan melalui mulut pada saat kontraksi, serta anjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi.
8.    Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar
9.    Mempertahankan kandung kemih tetap kosong supaya tidak terjadi hambatan saat persalinan dan mempermudah saat dilakukan pemeriksaan dalam.
10.  Mempersiapkan alat-alat persiapan persalinan yang terdiri dari 3 saf, saf 1 yaitu partus set, saf 2 berisi cairan, heating set, saf 3 berisi peralatan ibu dan bayi, agar mempermudah dalam melakukan tindakan pertolongan persalinan
11.  Menjaga prifasi ibu dalam persalinan yaitu menggunakan penutup atau sampiran.
12.  Mendokumentasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

V.     PENILAIAN/EVALUASI
kandung kemih telah di kosongkan, alat-alat  sudah di siapkan, infus telah terpasang dengan tetesan 20 tetes/menit, pengisian partograf telah di mulai dan Ibu mengatakan sudah mengerti apa yang telah disampaikan bidan, ibu bersedia melakukan tindakan yang dilakukan oleh bidan asalkan itu yang terbaik untuk dirinya.
C.  CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)
Kala II
Tanggal      : 07 juli 2017                Pukul   : 02:00 WIB
S     : Ibu mengatakan nyeri di atas simpisis yang menjalar kepinggang
  dan keinginan mengedan yang sangat kuat
    O     : K/U                            : baik
  TD                             : 160/90 mmHg
              Nadi                           : 80 x/m
              Suhu                          : 36,8 ͦ c
              RR                             : 23 x/m
  VT                             : 10 cm
  Penurunan Kepala    : 0/5
  Ketuban                     : jernih
  Kontraksi                   : 5 x dalam 10 menit selama 45 detik
  Perenium                  : menonjol
  Vulva/spinter ani       : membuka
     A     : ibu A G4P3A0 Inpartu kala II
     P     : 1. Memberikan informasi hasil pemeriksaan
      Evaluasi : keluarga dan ibu sudah mengetahui kondisinya sekarang
2.   Memakai perlengkapan APD
Evaluasi : APD terpakai tetapi tidak lengkap seperti tidak memakai kaca mata, topi dan masker.
3.   Memberi support mental ibu dengan menghadirkan keluarga seperti suami dan ibunya
Evaluasi : keluarga sudah memberikan dukungan untuk kelancaran  proses persalinan
4.   Membentang handuk diatas perut ibu bertujuan untuk meletakkan bayi dan menjaga kehangatan tubuhnya serta menilai apgar score.
Evaluasi : handuk telah diletakkan diatas perut ibu.
5.   Memasang 1/3 alas bokong ibu untuk mengalas bokong ibu sambil melindungi perenium dengan cara tangan kanan melindungi perenium ibu dan tangan kiri berada di simpisi untuk menahan kepala bayi agar tidak terjadinya defleksi agar tidak terjadi laserasi atau robekan jalan lahir.
Evaluasi : kain 1/3 alas bokong sudah terpasang dibawah bokong ibu
6.   Memimpin ibu untuk meneran
Evaluasi : ibu meneran dengan baik
7.    Melindungi perenium dengan cara tangan kanan berada di perenium ibu dan tangan kiri berada di simpisis untuk menahan kepala bayi apabila terjadinya defleksi sehingga tidak terjadi robekan.
Evaluasi : kepala sudah tampak di vulva 5-6 cm, perlindungan pada perenium segera dilakukan dengan tangan kiri bidan diatas simpisis dan tangan kanan di perenium ibu.
8.    Melihat adanya putaran paksi luar
Evaluasi :tidak ada putaran paksi, bayi mengalami distosia bahu
9.    Melakukan episiotomi
Evaluasi : episiotomi telah dilakukan
10.  Bidan melakukan manuver McRobet’s
Evaluasi : manuver McRobet’s telah dilakukan bidan
11.  Melahirkan bahu dan anggota badan, sanggah susur langsung meletakkan bayi di atas perut ibu dan nilai sepintas.
Evaluasi : pada pukul 03:00 WIB bayi lahir spontan dengan jenis kelamin laki-laki, menangis kuat dengan pernafasan 100x/m, warna kulit kemerahan.
12.  Mengecek fundus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
Evaluasi : tidak ada janin ke dua
13.  Melakukan dokumentasi
Evaluasi : partograf telah di isi

Kala III
Tanggal      : 07 juli 2017                Pukul : 03:00 WIB
S     : Ibu mengatakan perutnya terasa nyeri dan sakit
O    :Pemberian oksitosin (+), kesadaran composmentis, adanya tanda-tanda
        pelepasan plasenta, meliputi uterus bundar dan  keras, TFU sepusat,
        adanya semburan darah, tali pusat memanjang.
A     : Ibu A  P4A0 partus kala III
P     : 1.  Melakukan manajemen aktif kala III (MAK III) :
a.    Menyuntikan oksitosin 1/3 pada paha kanan bagian luar
evaluasi: setelah cek fundus penyuntikan oksitosin telah   dilakukan
b.    Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT) untuk melahirkan plasenta yaitu dengan cara  pindahkan klem 5-10 cm ke depan vulva ibu lalu tegangkan tali pusat sejajar dengan lantai.
evaluasi : plasenta lahir lengkap pukul 03:15 WIB, ada kontraksi, kandung kemih kosong.
c.    Melakukan masase uterus selama 15 detik untuk kontraksi uterus dan kemudian mengajarkan pada keluarga
evalusi : masase telah dilakukan selama 15 detik, serta keluarga mengerti dan mau melaksanakan penjelasan yang diberikan bidan.

2.    Memeriksa adanya laserasi jalan lahir
evaluasi : adanya laserasi derajat IV dan dilakukannya penjahitan perenium dua kali jahitan.
3.    Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
evaluasi : pendokumentasian dilakukan dengan mengisi partograf.
Kala IV
Tanggal      : 07 juli  2017               pukul : 03:15 WIB
S     : Ibu mengatakan lemas dan merasa mules
O    : K/U ibu dan janin                   : baik
              Kontraksi                               : Baik
              TFU                                       : 2 jari dibawah pusat
              Pendarahan                          : Normal
              Tekanan darah                      : 120/80 mmHg
              Nadi                                       : 80 x/m
              Pernafasan                           : 22 x/m
              Suhu tubuh                            : 36,5 ͦ C
              Kandung kemih                     : Kosong
A     : Ibu A P3A0 partus kala IV
P     :1. Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah
    dilakukan: TD 120/80 mmHg, pendarahan normal , suhu 36,5 ͦ C,       
    kandung kemih kosong.
    Evaluasi : hasil pemeriksaan ibu dalam batas normal
2.   Memantau kontraksi uterus, pendarahan
Evaluasi : kontraksi uterus baik, pendarahan normal
3.   Mengajarkan ibu dan keluarga bagaimana cara masase uterus diatas simpisis yang benar supaya tidak terjadi pendarahan.
Evaluasi : keluarga melakukan masase fundus
4.   Memastikan kandung kemih ibu kosong
Evaluasi : kandung kemih kosong
5.   Membersihkan dan merapikan ibu dengan memakai duk atau pembalut
Evaluasi : ibu sudah dipakaikan duk dan dibersihkan
6.   Mendokumentasikan hasil pemeriksaan yang telah diberikan
Evaluasi : pendokumentasian telah di isi oleh bidan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis membahas tentang kesenjangan antara teori dengan praktik asuhan kebidanan persalinan pada ibu A umur 34 tahun G4P3A0 yang dilakukan mulai dari tanggal 03 juli 2017 sampai tanggal 22 juli  2017 yang beralamat di RSU Cut Mutia Kecamatan Aceh Utara.
Dari riwayat persalinan diperoleh data bahwa ibu melahirkan pada tanggal 07 juli 2017 pada pukul 03:00 WIB lahir bayi laki-laki secara normal dengan berat badan 3900 gram dengan panjang 54 cm. proses persalinan berlangsung spontan ± 5 jam 45 menit yaitu kala I berlangsung selama 3 jam, kala II 30 menit, kala III 15 menit dan kala IV selama 2 jam. Pendarahan selama persalinan sebanyak ± 500 cc. selama proses persalinan terdapat penyulit yaitu distosia bahu.
Menurut prawirohardjo (2012), lama persalinan pada primipara, pada kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/ jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam, dimulai dari pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit, pada kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih ddari 30 menit, sedangkan kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama  postpartum, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap pendarahan postpartum.
Terdapat kesenjangan pada saat menolong persalinan bidan tidak melakukan keseluruhan APN 58 langkah seperti tidak memakai alat perlindungan diri yaitu kacamata, masker dan topi, bidan hanya memakai sarung tangan, celemek dan sandal.
kelompok menyimpulkan bahwa ada kesenjangan antara teori dan kasus pada ibu A dimana pada saat menolong persalinan bidan tidak memakai APD lengkap.


















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan persalinan yang telah dilakukan pada ibu A G4P3A0 di RSU Cut Mutia, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu A selama persalinan tidak dilakukan sesuai dengan asuhan persalinan normal 58 langkah APN, yaitu tidak memakai APD secara lengkap. Pelaksanaan pendokumentasian dilakukan dalam bentuk SOAP sesuai dengan keputusan Menkes Tahun 2007.
B.  Saran
1.    Penulis
Dapat menambah pengalaman dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya dalam menolong persalinan, dan umumnya dalam memberikan asuhan kehamilan, nifas, bayi baru lahir dan KB, serta dapat memenuhi salah satu syarat ujian akhir.
2.   Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi yang berguna bagi asuhan kebidanan selanjutnya dan untuk bahan pengembangan asuhan, serta menjadi bahan akademisi selanjutnya.
3.    Lahan Praktik
Diharapkan kepada Bidan untuk lebih meningkatkan pelayanan dan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, lebih meningkatkan pelayanan persalinan untuk mencegah tingginya jumlah kematian ibu dan bayi dan bekerja sesuai prosedur 58 langkah APN.
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah. 2013. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Depkes RI. 2002. Asuhan Persalinan Normal. JHPIEGO. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro Hanifaf. 2012. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Maritalia, dkk. (2012).  Biologi reproduksi. Pustaka pelajar. Yogyakarta