PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat
antibiotik pertama oleh Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming
berhasil mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenumsyn. P.
Notatum. Dengan penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam bidang
kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesembuhan yang sangat bermakna.
Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia
untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai
dilaporkannya resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik karena penggunaan
antibiotik yang besar-besaran.
Hal ini tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku
kesehatan mengetahui penggunaan antibiotik yang tepat. Kemajuan bidang
kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru menambah
tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari
satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata
mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba. Dimulai dengan mengetahui
jenis-jenis dari antibiotik dilanjutkan mengetahui mekanisme dan farmakologi
dari obat-obat antibiotik tersebut dan terakhir dapat mengetahui indikasi yang
tepat dari obat antibiotik tersebut. Semua ini bertujuan akhir untuk
mengoptimalkan penggunaan antibiotik yang tepat dan efektif dalam mengobati
sebuah penyakit sekaligus dapat mengurangi tingkat resistensi
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat
luas cakupannya. Namun unutk seorang dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu
agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan
penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan
berbagai gejala penyakit.
Antiboitika ialah zat yang dihasilkan
oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi
mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapar dibuat secara sintesis. Antimikroba
diartikan sebagai obat pembasmi mikroba khususnya yang merugikan manusia.
B. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan
Antibiotika ?
2) Apa saja jenis Pengolongan Antibiotik ?
3) Apa saja jenis obat antibiotika pada
ibu hamil ?
C.
Tujuan
1)
Untuk mengetahui pengertian Antibiotika.
2)
Untuk mengetahui jenis Pengolongan Antibiotik.
3)
Untuk mengetahui jenis obat antibiotika pada ibu hamil.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Antibiotika
Antibiotik
berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari kata anti (lawan)
dan bios (hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan
sesuatu yang hidup". Antibiotika di dunia kedokteran digunakan sebagai
obat untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau protozoa.
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur,
yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak
antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun
dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba.
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang
dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk
kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay
& Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi
oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah kecik dapat menghambat pertumbuhan atau
membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita dan Radji, 2008).
Antibiotik
yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya penyebab infeksi pada manusia,
harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin. Artinya,
antibiotik tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi
relatif tidak toksik untuk inang/hospes (Gan dan Setiabudy, 1987). Usaha untuk
mencari antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Produk alami yang
disentesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting.
Penggunaan
istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk
didalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti
virus, dll. Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant
membunuh kuman dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan
kerja dariantibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dan dapat
membunuh kuman tanpa merugikan inang.
Prinsip Penggunaan Antibiotik:
a.
Berdasarkan penyebab infeksi: Dari hasil pemeriksaan
mikrobiologis, pemberian antibiotika tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat
didasarkan pada educate guess.
b.
Berdasarkan faktor pasien: Fungsi ginjal dan hati, riwayat
alergi, daya tahan terhadap infeksi,
daya tahan terhadap obat, usia, wanita hamil dan menyusui.
B.
Pengolongan Antibiotik
1.
Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur
Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jenis yang dihasilkan (hanya
berbeda mengenai gugusan samping R ) benzil penisilin ternyata paling aktif.
Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasal dari sicilia
(1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi
dinding sel.
Penisilin terdiri dari :
1. Benzil
Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
a.
Benzil Penisilin
1)
Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis,
bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
2)
Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap
penisilin
3)
Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam,
nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral.
b.
Fenoksimetil Penisilin
1)
Indikasi: tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam
rematik, prpopiliaksis infeksi pneumokokus.
2.
Pensilin Tahan Penisilinase
a.
Kloksasilin
1)
Indikasi: infeksi karena stapilokokus yang memproduksi
pensilinase.
2)
Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous
pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS, riwayat infeksi.
3)
Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan
dan cairan tubuh. tetapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali
jika selaput otak mengalami infeksi.
4)
Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap
penisilin.
5)
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri
sendi, angioudem, leuk opoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
b.
Flukoksasilin
1)
Indikasi :infeksi karena stapilokokus yang memproduksi
pensilinase.
2)
Peringatan :gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
3)
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan
jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
4)
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap
penisilin.
5)
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri
sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
- Pensilin Spectrum
Luas
a. Ampisilin
Ibu
hamil : Kategori
Ibu menyusui : Kategori A
1) Indikasi: Infeksi saluran kemih,
otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
2) Peringatan: Riwayat alergi,
gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS.
3) Interaksi: Obat ini berdifusi dengan
baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi kedalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Absorbsi sebagian besar
dipengaruhi oleh makanan. Pengobatan lebih baik diberikan pada saat lambung
kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
4) Kontraindikasi:
Hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
5) Efek samping: Reaksi alergi berupa
urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare
pada pemberian per oral.
6) Pengaturan
dosis Oral: 250-500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum makan. Infeksi
saluran kemih: 500 mg tiap 8 jam. Injeksi intramuskuler, intravena atau infus:
500 mg tiap 4-6 jam. Anak di bawah 10 tahun: setengah dosis dewasa.
7) Sediaan Ampisilin (generik): kapsul
250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 500mg,
1g. Ampicillin: kapsul 250mg, 500mg; tablet
250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g, 2g. Ampi:
kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5 ml.
b.
Amoksisilin
Ibu Hamil
: Ketegori B
Ibu Menyusui : Kategori A
1)
Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis,
bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
2)
Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS
3)
Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan
dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
4)
Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap
penisilin.
5)
Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri
sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
6)
Pengaturan Dosis:
Dewasa: 1x 500mg
tablet tiap 12 jam atau 250mg tablet tiap 8 jam.
Suspensi: dewasa, untuk yang sulit menelan, 125mg/5ml
atau 250mg/5ml suspensi menggantikan tablet 500mg.
Anak
Kurang dari 3 bulan: 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam
didasarkan pada komponen amoksisilin. Dianjurkan menggunakan suspensi 125
mg/5ml 3 bulan atau lebih : didasarkan pada
komponen amoksisilin. Jangan menggunakan tablet 250mg jika berat<40kg. 40kg atau lebih: sesuai dosis dewasa
Amoksisilin dapat diminum dengan atau tanpa
makanan. Neonatus dan bayi 12 minggu (3 bulan) atau lebih muda: karena
fungsi ginjal yang belum optimal mempengaruhi eliminasi amoksisilin, dosis
paling tinggi yang dijinkan adalah 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam.
7) Sediaan Amoksisilin
(generik): kaplet 500mg; kapsul 250mg; sirup kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi
1g. Amoksan: drops 125mg/1,25 ml; kapsul 250mg, 500mg; sirup kering
125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g.
Kalmox: kapsul 500mg;
sirup kering 125mg/5ml.
- Penisilin
Anti Pseudomona
- Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.
- Piperasilin
Indikasi :
infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
c. Sulbenisilin
infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas
aerugenosa.
1.
Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap
bakteri gram posistif dan gram
negative.
Gentamisin, Amikasin dan kanamisin juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa.
Streptomisin aktif terhadap mycobacterium tuberculosis
dan penggunaannya sekarang hampir terbatas untuk tuber kalosa.
1)
Gentamisin
a. Indikasi : septicemia dan sepsis
pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier,
pielonefritis dan prostates akut, endokarditis, pneumonia nosokomial, terapi
tambahan pada miningitis karena listeria.
b. Kontraindikasi:
kehamilan, miastenia gravis.
c. Efek samping: nefrotoksisitas yang
biasanya terjadi pada orang tua atau pasien gangguan fungsi ginjal. Jika
terjadi gangguan fungsi ginjal maka interval pemberian harus diperpanjang.
d. Mekanisme kerja obat: Aminoglikosida
bersifat bakterisidal dan digunakan terutama pada infeksi bakteri gram positif
dan negatif. Aktivitas bakterisid melalui penghambatan sintesis protein
bakteri.
e. Pengaturan
dosis Gentamisin: Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi ginjal normal
3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.
Anak-anak :
6-7,5 mg/kg/hari (2-2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Infant dan neonatus : 7,5 mg/kg/hari (2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Neonatus
umur < 1 minggu : 5 mg/kg hari (2,5 mg setiap 12 jam).
Durasi
terapi : biasanya 7-10 hari. Dosis pada
pasien infeksi serius dengan fungsi
ginjal normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.
f.
Sediaan Gentamisin (generik):cairan injeksi 10 mg/ml;40
mg/ml (K)
Garamycin®: cairan injeksi 20 mg/ml; 40 mg/ml; 60 mg/ml; 80
mg/ml (K)
g. Perhatian: gangguan funsi ginjal,
bayi dan usia lanjut (sesuaikan dosis, awasi fungsi ginjal, pendengaran dan
vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang.
Aminoglikosida dapat menembus sawar plasenta, sehingga pemberian pada wanita
hamil sedapat mungkin dihindari (Kategori C). Apabila bila menyusui ekresi
gentamisin dalam ASI sangat minimal (Kategori A).
2) Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
3) Kanamisin
Indikasi:
infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin
2.
Makrolida
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hampir
sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternative
penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran napas, pertusis,
penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
1) Eritromisin
a) Indikasi:
sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan
enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non
gonokokus, prostatitis kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difteri dan
pertusis.
b) Kontraindikasi:
penyakit hati.
c) Efek samping:
Mual, muntah, dan diare.Untuk infeksi ringan efek samping ini dapat dihindarkan
dengan pemberian dosis rendah.
d) Mekanisme kerja
obat: Antibiotik golongan makrolida terikat secara reversible pada sisi P
ribosom subunit 50s dari bakteri dan dapat menghambat RNA-dependent protein
synthesis dengan cara merangsang pemutusan peptidyl t-RNA dari ribosom.
Antibiotik ini dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisid, tergantung
faktor konsentrasi obat.
e) Interaksi obat
/ Makanan : Jika diberikan bersamaan dengan antasida, konstanta kecepatan eliminasi eritromisin dapat turun, dan
berikan 2 jam sebelum atau sesudah makan. Eritromisin estolat dan etilsuksinat,
dan eritromisin base dalam bentuk tablet lepas lambat tidak dipengaruhi oleh
makanan.
f) Pengaturan
dosis: Oral : Dewasa dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1
g tiap 12 jam. Anak sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6
jam.
Infus
intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg/hari secara infus kontinyu atau dosis terbagi tiap 6 jam;
infeksi ringan 25 mg/kg/hari bila pemberian per oral tidak memungkinkan.
g)
Sediaan Erybiotic : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200
mg/5 ml sirop.
Erysanbe : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop
kering; 200 mg/tablet kunyah.
Erythrocin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 250 mg/5 ml
sirop; 200 mg/tablet; 100 mg/2,5 ml sirop tetes.
h)
Perhatian Kehamilan: eritromisin dapat melewati plasenta
tetapi menghasilkan kadar yang rendah dalam jaringan. Gunakan jika hanya
benar-benar perlu (Kategori B).
Menyusui: eritromisin diekskresikan melalui ASI. Meskipun
demikian, belum ditemukan adanya efek
samping pada bayi (Kategori A).
2)
Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi
klamida daerah genital tanpa kompliasi.
3) Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan
sedang pada kulit dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk eradikasi
helicobacter pylori pada tukak
4) Spiramisin
3.
Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja
dengan cara menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip
dengan penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat
probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
1) Sefadroksil
a. Indikasi:
infeksi baktri gram (+) dan (-)
b. Kontra
indikasi: hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
c. Interaksi:
sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba
masing-masng derrivat bervariasi.
d. Efek samping:
diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi)
mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
2) Sefrozil
Indikasi
: ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
3) Sefotakzim
Indikasi
: profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
4) Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H. influenzae
dan N gonorrhoeae.
5) Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.
4.
Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas.
Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas :
1) Tetrasiklin.
a. Indikasi: akne
vulgaris, eksaserbasi bronkitis kronis, klamidia, mikoplasma dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau
sirosis.
b. Kontraindikasi:
hipersensitivitas terhadap golongan tetrasiklin.
c. Mekanisme kerja
obat: tetrasiklin merupakan bakteriostatik yang bekerja dengan mempengaruhi
sintesis protein pada tingkat ribosom. Antibiotik ini berikatan secara
reversible dengan ribosom subunit 30s dari bakteri, mencegah terjadinya ikatan
aminoacyl transfer RNA dan menghambat sintesis protein, serta perkembangan sel.
Golongan tetracycline mempunyai aktivitas luas terhadap bakteri gram positif
dan negatif.
d. Efek samping:
Mual, muntah, diare, eritema (hentikan pengobatan), sakit kepala dan gangguan
penglihatan dapat merupakan petunjuk peningkatan intrakranial,
hepatotoksisitas, pankreatitis dan kolitis.
e. Interaksi
obat / makanan: Jika diberikan bersama antasida, garam besi, maka absorpsi dan
kadar serum tetrasiklin turun. Pengatasan: tetrasiklin diberikan 1 jam sebelum
atau 2 jam setelah antasida.
Jika diberikan bersama kontrasepsi oral maka tetrasiklin
mempengaruhi resirkulasi enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga menurunkan
efeknya.
Jika diminum menggunakan susu, maka tetrasiklin akan
membentuk khelat yang sulit diabsorpsi.
f.
Pengaturan dosis: Oral : 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi
berat dapat ditingkatkan sampai 500 mg tiap 6-8 jam
Sifilis primer,
sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari.
Uretritis non gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-14 hari
(21 hari bila pengobatan pertama gagal atau bila kambuh).
Injeksi intra vena: 500 mg tiap 12 jam, maksimum 2 g perhari
Sediaan: Bufacyn : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul; 125 mg/5 ml
sirop.
Conmycin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
Erlacylin : 30 mg/g salep, 1 % salep
mata.
Hufacyclin : 250 mg/kapsul; 250 mg/5 ml sirop.
Megacycline : 250 mg/tablet.
Sakacyclin : 250 mg/kapsul.
Super Tetra : 250 mg/kapsul lunak.
Tetradex : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
g.
Perhatian:
Kehamilan: golongan tetrasiklin
dapat melewati plasenta dan ditemukan
dalam jaringan fetus. Dapat terjadi efek toksis pada fetus yang berupa
retardasi perkembangan tulang (Kategori D).
Menyusui: tetrasiklin dapat
diekskresikan melalui air susu ibu.
Penggunaan antibiotik golongan
tetrasiklin selama masa pertumbuhan gigi (dari akhir masa kehamilan sampai anak
usia 8 tahun) dapat menyebabkan perubahan warna gigi (kuning, abu-abu, coklat)
yang bersifat permanen.
Antibiotik
golongan tetrasiklin membentuk kompleks kalsium yang stabil pada jaringan
pembentuk tulang.
2) Demeklosiklin
Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas
gangguan sekresi hormone antidiuretik
Efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
Efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
3) Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan
tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis kronis, penyakit radang perlvis
(bersama metronidazo)
4) Oksitetrasiklin
Dosis:
250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline
( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin
(Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).
- Obat Antibotika Pada Ibu Hamil
Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan.
Karena adanya efek samping yang potensial bagi ibu maupun janinnya, penggunaan
antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip
utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan memikirkan
pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan hamil.
Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan inilah prinsip yang
kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan janinnya.
Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin dan sefalosporin dianggap
sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan, karena pemberian sebagian
besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan risiko malformasi pada
janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin, risiko tersebut
rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin harus dipertimbangkan
terhadap keseriusan infeksi pada ibu. Beberapa jenis antibiotika dapat
menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini terjadi karena antibiotika yang diberikan
kepada wanita hamil dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya melalui
plasenta. Antibiotika yang demikian itu disebut teratogen suatu obat atau zat
yang menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal. Pada manusia, periode
terjadinya teratogenesis adalah mulai hari ke 17 sampai hari ke 54 post
konsepsi. Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh
antibiotika dipengaruhi oleh :
a.
Besarnya dosis yang diberikan.
b. Lama dan saat
pemberian.
c. Sifat genetik
ibu dan janin.
d. Jenis
antibiotik.
e. Trimester kehamilan.
Durasi penggunaan obat merupakan faktor penting untuk
diingat. Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan
kecacatan pada janin dan dalam kasus yang lebih buruk bisa menyebabkan
keguguran. Pasalnya, beberapa jenis antibiotik lebih aman digunakan pada
trimester tertentu.
Untuk keadaan hamil, apalagi masih dalam trimester
ketiga, pemberian antibiotik bisa sangat membahayakan janin, karena hampir
semua antibiotik memberikan efek samping mual, muntah, pusing dan gangguan
sistem pencernaan. Efek-efek samping yang ditimbulkan juga akan menekan
kehamilan. Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem kelenjar /
cairan, seperti liur, kelenjar getah bening, cairan otak dan ASI. Jika pada
masa menyusui minum antibiotik, maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan
minum ASI bercampur obat.
Namun bukan berarti ibu hamil dan menyusui tidak boleh
minum obat antibiotik, harus hati-hati dan perhatikan petunjuk dokter tentang
cara pemakaiannya.
Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum
digunakan selama kehamilan. Antibiotik ini dipasarkan dengan beberapa nama
seperti cephradine, cefalexin, cefuroxime, cefaclor, dan lain-lain. Obat yang
umum digunakan ini mengandung cloxacillin, amxycillin, dan methicillin.
Obat-obatan ini dinyatakan aman selama kehamilan.
- Berikut
beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama kehamilan:
1) Amoxicillin
2) Ampicillin
3) Clindamycin
4) Erythromycin
5) Penicillin
Berdasarkan indeks keamanan obat pada kehamilan menurut
United States Food and Drug Administration (US FDA), klasifikasi obat
berdasarkan tingkat keamanan penggunaannya selama kehamilan dibagi
dalam lima kategori. Lima kategori tersebut terdiri dari A, B, C, D, dan X,
dengan urutan yang paling aman hingga paling berbahaya.
Pada ibu hamil, penggunaan antibiotik dapat dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Antibiotik yang
dianggap aman
2) Atibiotik yang
harus diberikan secara hati-hati
3) Antibiotik yang
merupakan kontraindikasi
1. Antibiotik yang
dianggap aman
Kenyataannya amat jarang obat yang termasuk kategori A,
bahkan vitamin pun tergolong kategori B. Beberapa golongan antibiotik kategori
A:
1) Golongan
Penisilin dengan ikatan protein rendah mampu melintasi plasenta dengan mudah
dan dianggap aman untuk digunakan namun beberapa golongan Metiltetrazoletiol
harus digunakan lebih hati-hati.
2) Golongan
Makrolid tidak menunjukkan efek samping yang berbahaya untuk janin, tetapi
tetap diperhatikan kontraindikasi pada kehamilan.
3) Golongan
Nitrofurantion dan metronidazol juga dapat dianggap aman.
2. Antibiotik yang
harus digunakaan hati-hati
Obat yang termasuk kelompok ini hanya boleh digunakan
dalam kondisi tertentu yang sangat diperlukan. Golongan antibiotik B
diantaranya adalah Fluorokuinolon, Kontrimoksazol, dan Kloramfenikol. Pada
Kloramfenikol sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan, kecuali bila obat
lain yang lebih aman tidak bisa digunakan.
3. Antibiotik yang
merupakan kontraindikasi
Antibiotik yang termasuk dalam golongan C adalah
Tetrasiklin dan Aminoglikosida. Tetrasiklin bila diberikan pada periode perkembangan
tulang dan gigi (bulan keempat dan kelima gestasi) menimbulkan yellow
dyscoloration yang akan mempengaruhi gigi dan tulang yang sedang
dibentuk. Sedangkan Aminoglikosida harus digunakan secara hati-hati
pada trimester kedua.
Adapun beberapa golongan antibiotic yang memerlukan
perhatian khusus bagi ibu hamil adalah:
1) Golongan
Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya), seperti amikacin
sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin sulfate, kanamycin
sulfate, dan netilmicin sulfate.
2) Golongan
Sefalosporin, seperti : cefuroxime acetyl, cefotiam diHCl, cefotaxime Na,
cefoperazone Na, ceftriaxone Na, cefazolin Na, cefaclor dan turunan garam
monohydrate-nya, cephadrine, dan ceftizoxime Na.
3) Golongan
Chloramfenicol, seperti : chloramfenicol, dan thiamfenicol.
4) Golongan
Makrolid, seperti : clarithomycin, roxirhromycin, erythromycin, spiramycin, dan
azithromycin
5) Golongan
Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan garamnya.
6) Golongan
Kuinolon, seperti : ciprofloxacin dan turunan garam HCl-nya, ofloxacin,
sparfloxacin dan norfloxacin.
7) Golongan
Tetracyclin, seperti : doxycycline, tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak
boleh untuk wanita hamil), dan oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil).
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian
obat pada ibu hamil adalah:
1) Keamanan :
meski ada obat lain yang efektivitasnya lebih baik, tapi jika keamanannya bagi ibu hamil belum diketahui, lebih
baik tidak diberikan.
2) Dosis : pada
awalnya pemberian obat harus dalam dosis rendah. Jika perlu, penambahan dosis
diberikan sedikit demi sedikit sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.
3) Durasi
pemberian : jika tidak diperlukan sekali, pemberian obat tidak boleh terlalu
lama. Sampai akhirnya, pemberian bermacam obat sedapat mungkin dihindari demi
keselamatan ibu dan bayinya
4) Jenis dan cara
kerja obat sebagai bahan pertimbangan sebelum diberikan kepada ibu hamil.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik
yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini.
Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang
berbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba.
Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum digunakan selama
kehamilan. Antibiotik ini dipasarkan dengan beberapa nama seperti cephradine,
cefalexin, cefuroxime, cefaclor, dan lain-lain. Obat yang umum digunakan ini
mengandung cloxacillin, amxycillin, dan methicillin. Obat-obatan ini dinyatakan
aman selama kehamilan.
Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama
kehamilan:
1)
Amoxicillin
2)
Ampicillin
3)
Clindamycin
4)
Erythromycin
5)
Penicillin
B.
Saran
Agar setiap mahasiswa kebidanan memahami pengertian, macam – macam, kegunaan,
interaksi obat dan efek samping dari suatu jenis obat terutama pada obat antibiotic dan jamur ini,
serta dapat dimanfaat kan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Sue jordan .
2002 . Farmakologi kebidanan.
Jakarta. EG
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem
kosong. Jakarta
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdullah,
berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulisan makalah
ini yang berjudul “ANTIBIOTIK” ini dapat diselesaikan. Makalah ini
merupakan salah satu tugas untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan mata
kuliah.
Shalawat dan salam
penulis panjatkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telahmembawa umatnya
dari alam kebodohan ke alam yang penuh pengetahuan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1.
Ibu Nurhidayati, MPH selaku direktur diploma III kebidanan
2.
Ibu Dewi Maritalia, M.Kes selaku wakil direktur I diploma III kebidanan
3.
Bapak Drs. Yusri Yusuf, MM selaku wakil direktur II diploma III kebidanan
4.
Ibu Siti Rahmah, M.Kes selaku wakil direktur III diploma III kebidanan
5.
Ibu Yusnita, SSi,. Apt (selaku pembimbing kami)
Penulis menyadari
laporan penyuluhan ini masih banyak kekurangan dan jauhdari kesempurnaan baik
dari segi materimaupun penulisan, disebabkan karena penulis mempunyai
keterbatasan dalam hal ilmu dan pengetahuan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa mendatang.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaatbagi penulis maupun pembaca. Amin ya
rabbal ‘alamin.
MatangglumpangDua, Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A.Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
3
A Pengertian Antibiotik ..................................................................................... 3
B Pengolongan
Antibiotik ................................................................................. 4
C Obat Antibotika Pada Ibu Hamil ................................................................... 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 19
A Kesimpulan .................................................................................................... 19
B Saran ............................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
A N T I B I O T I K
PROGRAM STUDI DIPLOMA
III KEBIDANAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN-2017
1 komentar:
Terimakasih kakak. Artikel Antibiotik nya samgat bermanfaat